“Apabila cinta memanggilmu ikutilah dia, walau jalannya terjal berliku.”
Kata-kata Kahlil Gibran, sang penyair Lebanon, menusuk kalbu, menawarkan sebuah visi cinta yang berbeda. Ini bukan sekadar melodi riang "jatuh cinta berjuta rasanya" yang dilantunkan Titiek Puspa. Gibran menyajikan wajah lain cinta: sebuah panggilan yang menuntut, sebuah perjalanan yang mungkin diwarnai imaji penderitaan. Menapaki jalannya berarti siap menghadapi terjal dan liku. Sebuah pertanyaan pun menggema: Apakah ini tentang cinta fana antarmanusia, ataukah panggilan suci dari 'Sang Cinta' itu sendiri, Tuhan? Dan jika Tuhan yang memanggil, akankah jalan menuju-Nya juga setajam itu?
Pertanyaan ini menjadi pergumulan nyata bagi Ms. Christina Arinda Putri, seorang guru di SMPK BPK PENABUR Bogor. Tepat ketika ia baru saja melangkah keluar dari gerbang perkuliahan, Sang Cinta memanggilnya. Bukan ke jalan lapang yang mudah, melainkan ke sebuah jalur yang diselimuti kabut tebal ketidakpastian. Cukupkah keberaniannya untuk menjawab panggilan itu? Tampaknya, Roh Kudus bekerja dalam hatinya, menyulut api keberanian untuk menempuh jalan yang belum dikenalnya itu.
Jalan itu membawanya pada serangkaian keasingan yang menguji. Kota Bogor, tanah yang belum pernah diinjaknya. Lebih menantang lagi, ia dihadapkan pada anak-anak sekolah menengah atas yang usianya hanya terpaut 7-10 tahun darinya. Rentang usia yang tipis, kota yang asing, dan kesadaran penuh akan ketiadaan pengalaman mengajar sebelumnya, semua itu membuatnya gentar, mempertanyakan kemampuannya sendiri. Badai keraguan mulai bergemuruh dalam dada.
Namun, sehebat apa pun badai keraguan itu, ia tidak cukup dahsyat untuk menggoyahkan sauh imannya pada kasih dan penyertaan Tuhan. Ada sebuah keyakinan dalam hatinya,
“Berjalan dengan meyakini Jehovah Jireh – Tuhan menyediakan dan menyertai sampai akhir”.
Kalimat ini bukan sekadar mantra, melainkan ungkapan iman yang teguh akan penyertaan Sang Cinta yang telah memanggilnya. Kesadaran bahwa ia tidak sendirian dalam perjalanan ini, bahwa Dia yang memanggil juga yang akan memampukan, itulah yang memberi kekuatan pada Ms. Arin untuk terus melangkah maju, menembus kabut.
Tetapi, pertanyaan mendasar tetap menggantung: Untuk apa ia dipanggil ke dalam pengembaraan ini?
Jawaban Tuhan tidak datang dalam gemuruh petir, melainkan dalam keheningan dan tatapan kosong seorang murid. Tiba-tiba, seorang anak didiknya menghampiri, membawa beban berat permasalahan keluarga. Anak itu mulai bercerita, menumpahkan kepedihan hatinya. “Tampaknya ia sedang berada di titik terendah dalam hidupnya,” begitu kesan yang tertangkap dalam pandangan Ms. Christina. Anak itu seolah tumbuh di antara ilalang kesepian yang menghimpitnya. Sementara sang anak terus bercerita, Ms. Christina dalam diam terus mempertanyakan pada Tuhan tentang maksud semua ini. Mungkinkah ini alasannya? Mungkinkah Tuhan memanggil dirinya hanya untuk menaruh sebutir harapan pada kehidupan murid yang terluka ini?
Ternyata, Tuhan punya rencana yang lebih dalam. Dalam proses mendampingi, Tuhan secara luar biasa memampukan Ms. Arin untuk membuka jalan rekonsiliasi antara murid itu dengan kedua orang tuanya. Perjumpaan yang awalnya terasa sebagai beban pertanyaan itu, kini mengubahkan hati Ms. Arin. Ia melihat tangan Tuhan bekerja nyata melalui dirinya.
“Tuhan tidak sedang bermain dadu.” Kalimat masyhur dari fisikawan Albert Einstein itu kini bergema dengan makna baru di hatinya. Ia yakin seyakin-yakinnya. Panggilannya ke Bogor, penempatannya di BPK PENABUR, pertemuannya dengan murid itu – semua bukanlah rangkaian kebetulan acak. Ada sebuah desain ilahi, sebuah tujuan mulia. Ada pekerjaan baik yang Tuhan sediakan untuknya, persis seperti yang Rasul Paulus katakan kepada jemaat di Efesus:
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2:10)
Keyakinan ini membakar habis sisa-sisa keraguan. Ia ada di sana untuk sebuah misi.
Kini, panggilan itu bergema kembali, melantun dari pengalaman Ms. Arin kepada kita semua: Apabila Sang Cinta memanggil Saudara untuk melakukan pekerjaan baik yang telah Ia persiapkan sebelumnya, apa jawab Saudara?
**Kisah inspirasi ini berdasarkan pengalaman nyata Ibu Christina Arinda Putri (Guru BPK PENABUR Bogor)
Sekolah dengan pendidikan Kristen yang unggul dalam Iman, Ilmu, Pelayanan dan membina karakter peserta didik melalui pengajaran berdasarkan nilai kristiani.
Gedung UKRIDA Blok E, Lt. 5
JL. Tanjung Duren Raya No. 4
Jakarta Barat, 11470, Indonesia
Tel: (021) 5606772 - 76
0819 1907 1950
Fax: (021) 5666 968
Email: pengurus@bpkpenabur.or.id
© 2025 YAYASAN BPK PENABUR